Navigation Pages

bintang

Senin, 23 Januari 2017

Ulama Nusantara (Walisongo)



Walisongo (Di Jawa)
a.      Maulana Malik Ibrahim
Nama lain yang sering dipakai beliau adalah Maulana Magribi atau Maulana Ibrahim. Di Pulau Jawa beliau menetap di desa Leran, di luar kota Gresik. Kota Gresik saat itu merupakan kota pelabuhan perdagangan yang sering dikunjungi oleh pedagang dari luar negeri. Di desa Leran inilah, beliau menjalankan dakwah Islam.
Kemudian Maulana Malik Ibrahim menghadap raja Majapahit dan menceritakan maksudnya untuk berdakwah Islam sekalian mengajak raja Majapahit untuk memeluk agama Islam. Lalu, raja Majapahit memberi Maulana dengan sebidang tanah di desa Gapura, Gresik sebagai tempat mengembangkan agama Islam. Di atas tanah ini lalu didirikan sebuah masjid untuk tempat beribadah dan tempat mengajarkan agama Islam.
Kemudian datanglah Raja Cermin, yaitu sepupu Maulana Malik Ibrahim, beserta rombongan yang terdiri dari anak-anaknya, seorang putri, Siddik Muhammad, Maulana Maghfur, Sayid Jafar, Sayid Gasim, Sayid Ghart, Sayid Rafidin dan lain-lainnya.
Mula-mula diutuslah Siddik Muhammad, Maulana Maghfur dan Maulana Malik untuk menghadap Raja Majapahit. Setelah mendapat persetujuan, maka datanglah Raja Cermin menghadap Raja Majapahit, memberikan hadiah persembahan, dengan disertai ajakan kepada Raja Majapahit untuk menjadi pengikut Islam. Usaha ini tidak berhasil mengingat keengganan Raja yang menjadi pimpinan keagamaan dan pemerintahan sekaligus, yang saat itu banyak rakyatnya adalah pengikut agama Hindu, sehingga Raja pun menjadi pemimpin agama Hindu pula di Jawa. Raja Cermin lalu berangkat meninggalkan istana setelah tidak berhasil meyakinkannya untuk menganut agama Islam. Sedangkan Maulana Malik dan Maulana Maghfur tetap tinggal di istana Majapahit.[1]
Menurut tradisi/babad Jawa, Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama dari tanah Arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad saw. Nampaknya Maulana Malik datang dari Kasyan, Persia. Silsilah Maulana Malik Ibrahim menurut penelitian dari manuskrip Arab di Maktab ad Daimi di Jakarta.
22. Maulana Malik Ibrahim b.
21. Zainul Alam Muhyidin Barakat (Campa, Kamboja) b.
20. Maulana Jamaluddin Husein al Akbar/Jumad al Kubra (Makassar)
19. Ahmad Syah Jalal b.
18. Amir Abdullah Khan b.
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
16. Sayid Alwi b.
15. Muhammad Sahib Mirbat b.
14. Ali Khali’ Gasam b.
13. Sayid Alwi b.
12. Sayid Muhammad b.
11. Sayid Alwi b.
10. Abdullah Ubaidillah b.
9. Ahmad al Muhajir b.
8. Sayid Isa b.
7. Sayid Muhammad b.
6. Ali ar Uraidhi b.
5. Ja’far ash Shidiq b.
4. Muhammad al Baqir b.
3. Ali Zainal Abidin b.
2. Sayidina Husein b.
1. Sayidina Ali bin Abi Thalib/Sayidatina Fatimah bt. Muhammad Rasulullah saw.
b.      Sunan Ampel
Nama lain/gelar beliau yang sering disebut adalah Raden Rahmat. Sedangkan namanya ketika masih muda adalah Ahmad Rahmatullah. Raden Rahmat mendapat didikan ilmu agama Islam dari ayahnya yang bernama Ibrahim Asmorokandi. Ibrahim Asmoro ini seorang ulama terkenal dari Arab yang menyiarkan Islam di negara Campa (Kamboja). Oleh karena Raja Campa tertarik dengan budi pekerti dan ilmu dari ulama ini maka akhirnya ia mengawinkannya dengan putrinya.
Setelah Raden Rahmat dianggap cukup ilmunya maka beliau dikirim ayahnya ke Jawa untuk menyiarkan Islam. Sewaktu tiba di Jawa Raden Rahmat berusia 20 tahun. Pertama kali Raden Rahmat tiba di Gresik dan disambut dengan meriah dan suka cita oleh penduduk yang telah memeluk agama Islam.
Dengan penuh semangat keagamaannya, ia mengajak pamannya Angkawijaya untuk memeluk agama Islam namun tidak berhasil. Walaupun demikian usaha menyiarkan agama Islam dihalangi Raja Majapahit, malah kemudian Raden Rahmat diangkat menjadi gubernur di Ampel, sebelah timur dari kota Gresik. Di sini ia diberi kebebasan menyiarkan Islam. Di Ampel, Raden Rahmat mendirikan pesantren dan sejak saat itu terkenal dengan gelar Sunan Ampel.
Pada tahun 1479 M beliau mendirikan Masjid Agung Demak. Kerajaan Demak berdiri sebagai kerajaan Islam yang pertama dengan rajanya Raden Patah adalah atas dukungan dan restu dari Sunan Ampel.
Silsilah lengkap dari Raden Rahmat adalah:


22. Raden Rahmat/Ahmad Rahmatullah/Sunan Ampel b.
21. Ibrahim Asmoro/Zainudin Ibrahim Al Akbar/IbrahimAsmorokandi/Sunan Gresik b.
20. Maulana Jamaluddin Husein Al Akbar/Jamaluddin Agung/Jumad Al Kubra/Wajuk Makasar b.
19. Ahmad Jalal Syah b.
18. Amir Abdullah Khan b.
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
16. Sayid Alwi b.
15. Muhammad Shahib Mirbath b.
14. Ali Khali’ Gasam b.
13. Sayid Alwi b.
12. Sayid Muhammad b.
11. Sayid Alwi b.
10. Abdullah b.
9. Ahmad al Muhajir b.
8. Isa an Nagib b.
7. Muhammad an Nagib b.
6. Ali al Uraidhi b.
5. Ja’far ash Shidiq
4. Muhammad al Baqir
3. Ali Zainal Abidin
2. Sayidina Husein b.
1. Sayidina Ali b. Abi Thalib/Siti Fatimah


Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, anak dari KG. Manila, seorang adipati yang bergelar Tumenggung Wilaktika. Putra-putri Raden Rahmat adalah Nyai Ageng Maloka; Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang); Syarifuddin Hasyim (Sunan Drajat); Puteri, istri Sunan Kalijaga; Ahmad Hisam (Sunan Lamongan); Zainal Abidin (Sunan Demak); dan Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).
c.       Sunan Giri
Sunan Giri dilahirkan pada tahun 1365 di Blambangan. Nama lain/gelar Sunan Giri yang sering disebut yaitu Joko Samudro, nama yang diberikan oleh ibu angkatnya, Nyai Gede Pinatih. Nama lainnya adalah Raden Paku, nama yang diberikan oleh Sunan Ampel. Sedangkan Sunan Kalijaga menamainya Prabu Satmata.
Tersebutlah kisah di daerah Blambangan terjangkit penyakit. Tak terkecuali keluarga istana Blambangan, yaitu putri kerajaan Blambangan juga ikut terserang penyakit. Karena bingung dan kasihan melihat keadaanya putrinya, maka Raja Blambangan mengumumkan sayembara bahwa siapa yang bisa menyembuhkan putrinya, jika dia laki-laki akan dinikahkan dengannya dan jika dia perempuan akan dijadikan saudaranya. Setelah sekian lama tak ada yang memenuhi sayembara Raja.
Kemudian Raja mendengar ada seorang pertapa di lereng Gunung Selangu. Maka Sang Prabu mengutus Patih Bajulsengara untuk menemui pertapa tersebut. Ternyata orang tersebut adalah Maulana Ishak. Patih lalu menjelaskan maksud kedatangannya itu. Namun, dengan syarat jika putri sembuh maka Prabu Menak Sembayu harus memeluk agama Islam. Sang Patih melaporkan semua pembicaraan kepada Prabu Menak Sembayu. Tentu saja syarat untuk melepaskan agama lama dan kemudian memeluk agama Islam dirasa berat olehnya. Namun karena cinta dan sayangnya kepada putrinya, Prabu pun menyanggupi syarat itu. Setelah tiga malam Syekh Maulana Ishak berusaha mengobati Dewi Sekardadu dengan berdoa dan shalat, maka sembuhlah Dewi Sekardadu.
Janji Sang Prabu ditepati. Setelah Dewi Sekardadu masuk Islam, ia pun dinikahkan dengan Syekh Maulana Ishak. Maulana Ishak diberi kebebasan menyiarkan agama Islam kepada penduduk Blambangan. Dengan cepat banyak penduduk masuk Islam dan pengaruh Maulana Ishak sudah mulai nampak. Dengan kejadian ini Prabu Menak Sembayu khawatir pengaruhnya akan hilang, maka dia menyuruh orang untuk membunuh Maulana Ishak.
Dengan perlindungan Allah usaha ini diketahui oleh Maulana Ishak dan dia berhasil menyelamatkan diri dengan meninggalkan Blambangan. Sebelum meninggalkan Blambangan dia berpesan kepada istrinya. Dewi Sekardadu yang sedang hamil agar menjaga dan memelihara anaknya dengan sebaik-baiknya. Setelah anaknya lahir, Dewi Sekardadu takut anaknya pun akan dibunuh, maka dihanyutkan anaknya di laut setelah dimasukkan ke dalam peti. Dengan perkenan Allah, peti itu ditemukan kapal dagang yang dipunyai oleh Nyai Gede Pinatih. Oleh awak kapal, bayi yang mereka temukan di laut itu diserahkan kepada Nyai Gede Pinatih. Oleh Nyai Gede dipeliharalah bayi tersebut dan diberi nama Joko Samudro.
Sunan Giri adalah seorang ulama ulung yang dibekali pengetahuan ilmu agama yang cukup. Beliau menyiarkan Islam dan menanamkannya ke dalam jiwa para penduduk. Beliau mendirikan masjid sebagai langkah pertama dan dasar untuk menyiarkan Islam. kemudian beliau mendirikan beberapa pesantren dan mengajarkan ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits, serta nahu dan sharaf kepada murid-muridnya. Di samping sebagai ulama dan guru, beliau juga berdagang untuk penghidupannya. Dengan modal yang diberikan oleh ibu angkatnya, Nyai Gede Pinatih, beliau menjadi pedagang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia.
Karena beliau berdagang melayari lautan menuju pulau-pulau, maka banyak orang kaya dan orang-orang terpandang dari Maluku, Makasar, Halmahera, Pontianak dan Banjarmasin yang menjadi pengikutnya. Beliaulah yang mengislamkan rakyat pulau Timor. Setiap datang ke Timor, beliau selalu disambut oleh Raja dan rakyatnya dengan musik dan tembakan. Sebagai pendidik beliau membuat bermacam-macam mainan anak-anak antara lain Jalungan, Jor, Gerat, Gula Ganti, Cublak-cublak Suweng dan sebagainya. Sebagai seniman beliau mencipta dan mengubah lagu Asmaradana dan Pucung.
Jasa besar Sunan Giri dalam dakwah Islamiyah ialah usahanya mengirim anak muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia untuk menyiarkan Islam, misalnya ke pulau-pulau Madura, Bawean, Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Huraku, yakni di kepulauan Maluku.
. Sunan Giri menikah dengan putri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murtiasih. Sunan Giri juga menikah dengan putri Kyai Ageng bungkul, pembesar Surabaya dari keturunan Majapahit. Putra-putri Sunan Giri yaitu Pangeran Pasir Batang; Nyai Ageng Kukusan; Sunan Dalem; Pangeran Tegalwangi; Nyai Ageng Seloluhur; Pangeran Kidar; Nyai Ageng Rawuh; Pangeran Kulon; Sunan Warudju; dan Pangeran Sedotimur.
Silsilah menurut hasil penelitian berdasarkan manuskrip Arab di al Maktab ad Daimi di Jakarta adalah:
23. Sunan Giri
22. Maulana Ishak
21. Ibrahim Zainuddi al Akbar/Ibrahim Asmoro/Zainal Kubro
20. Maulana Jamaluddin Husein al Akbar/Jumad a Kubro
19. Ahmad Jalal Syah
18. Amir Abdullah Khan
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan
16. Sayid Alwi
15. Muhammad Shahib Mirbath
14. Ali Khali’ Gasam
13. Sayid Alwi
12. Sayid Muhammad
11. Sayid Alwi
10. Sayid Abdullah
9. Ahmad al Muhajir
8. Sayid Isa
7. Muhammad an Nagib
6. Ali al Uraidhi
5. Ja’far ash Shadiq
4. Muhammad al Baqir
3. Ali Zainal Abiddin
2. Sayidina Husein
1. Sayidina Ali b. Thalib/Sayidatina Fatimah bt. Muhammad saw.
d.      Sunan Kudus
Nama lain Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Untung dan Raden Amir Haji. Beliau menguasai ilmu hadits, ilmu tafsir Al Quran, ilmu sastra, mantiq serta ilmu fiqh. Di bidang kesenian ia menciptakan Gending Maskumambang dan Mijil.
Pada waktu Maulud Nabi Muhammad saw, orang berduyun-duyun datang. Di pintu garpura masjid, semua orang harus membaca dua kalimat syahadat terlebih dahulu sebelum masuk. Ini disebut  syahadatain. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat upacara sekaten yang diambil dari kata syahadatain.
Silsilah Sunan Kudus menurut sumber Arab yaitu dari al Maktab ad Daimi Jakarta.
1.      Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)b.
2.      Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel) b.
3.      Zainuddin Ibrahim al Akbar b.
4.      Maulana Jamaluddin al Husein al Akbar
5.      Ahmad Syah Jalal b.
6.      Amir Abdullah Khan b.
7.      Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
8.      Sayid Alwi b.
9.      Muhammad Shahib Mirbath b.
10.  Ali Khali’ Gasam b.
11.  Sayid Alwi b.
12.  Sayid Muhammad b.
13.  Sayid Alwi b.
14.  Abdullah/Ubaidillah b.
15.  Ahmad al Muhajir b.
16.  Sayid Isa b.
17.  Sayid Muhammad an Nagib b.
18.   Ali al Uraidhi b.
19.   Ja’far ash Shadiq b.
20.   Muhammad al Baqir b.
21.   Ali Zainal Abidin b.
22.   Sayidina Husein b.
23.   Sayidina Ali/suami Fatimah bt.
24.   Muhammad Rasulullah saw.
Istri Sunan Kudus adalah Dewi Ruchi. Dari istrinya beliau memperoleh 8 putera yaitu Nyai Ageng Prembayun; Panembahan Palembang; Panembahan Mekaos Honggokusuma; Panembahan Kadhi; Panembahan Karimun; Panembahan Joko; Ratu Pakojo; dan Ratu Prodobinabar.
e.       Sunan Bonang
Nama kecil Sunan Bonang adalah Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dari istrinya seorang putri Tuban yang bernama Nyai Ageng Manila. Sunan Bonang selain mendapat bimbingan ilmu dari ayahnya, ia juga pergi ke Pasai, Aceh berguru kepada Maulana Ishak.
Dalam dakwahnya Sunan Bonang berusaha memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan keraton Majapahit. Sunan Bonanglah yang memberikan didikan Islam kepada Raden Patah, sultan Demak pertama. Sunan Bonang adalah pencipta gending Darma. Sunan Bonang juga berusaha mengganti nama-nama hari nahas menurut kepercayaan Hindu dan nama-nama dewa Hindu dengan nama-nama malaikat dan nabi-nabi menurut agama Islam. Sunan Bonang wafat pada tahun 1001H. 
f.       Sunan Drajat
Nama beliau adalah Syarifuddin Hasyim, putra dari Sunan Ampel. Sunan Drajat adalah seorang wali yang bersifat sosial. Di dalam menjalankan agama dan dakwah Islamiahnya, beliau tidak segan-segan membantu rakyat yang sengsara, membantu anak-anak yatim piatu, membantu orang yang sakit dan membantu orang-orang fakir miskin. Sunan Drajat juga pencipta gending Pangkur.
Sikap hidup yang dicontohkan Sunan Drajat adalah agar pengikutnya dapat mengambil suri teladan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, sebab Islam menganjurkan pengikutnya untuk berbuat serupa, yaitu ajaran untuk bergotong royong, hidup rukun, saling tolong menolong, di mana yang kuat menolong yang lemah dan yang kaya menolong yang miskin.
g.      Sunan Gunung Jati
Diceritakan bahwa putra-putri Prabu Siliwangi yaitu Raden Walangsungsang dan adiknya, Nyai Larasantang menunaikan haji ke Mekah atas nasihat guru mereka, Syekh Nurul Jati. Setelah menunaikan ibadah haji di Mekah, Nyai Larasantang menikah dengan anak sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah. Dari perkawinan Nyai Larasantang, Syarif Abdullah memperoleh anak yang diberi nama Syarif Hidayatullah yang lahir pada tahun 1448M.
Saat Syarif Hidayatullah berumur 20 tahun ia pergi ke Mekah untuk menuntut agama Islam. Beliau berguru kepada Syekh Najmuddin al Kurdi, Atha’illah Syadzili, dan Datuk Sindil.
Ilmu agama yang dipelajari Syarif Hidayatullah adalah ilmu syariat, ilmu hakikat, ilmu tarekat, dan ilmu makrifat. Kemudian Syarif Hidayatullah berangkat ke Jawa. Sewaktu tiba di Banten, ia menjumpai penduduk di sana sudah ada yang mejadi penganut Islam. Selanjutnya ia ke Ampel untuk menyelesaikan pendidikannya pada Sunan Ampel. Setelah ilmunya dianggap cukup oleh Sunan Ampel ia diperintahkan untuk mengajarkan agama Islam di Cirebon. Naskah-naskah Cirebon menyebutkan bahwa istri-istri Sunan Gunung Jati adalah Nyai Babadan anak Ki Gede Babadan; Nyai Rara Jati anak Ki Gede Jati; Ratu Rawangaten, seorang putri Pajajaran; Ratu Tapasan, seorang perempuan asal Majapahit; dan Seorang putri Cina.
Sunan Gunung Jati berhasil mengislamkan penduduk daerah Jawa Barat. Raja Banten dengan mudah dapat diajak untuk memeluk agama Islam. Dengan menggunakan beberapa ribu prajurit tentara Demak, Syarif Hidayatullah dapat menguasai Banten dan Sunda Kelapa sekitar tahun 1521-1524M. Di Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam dengan damai. Beribu-ribu orang berdatangan untuk berguru dalam agama Islam kepadanya.
Beliau juga berhasil menggagalkan pendaratan orang Portugis yang hendak mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Sunan Gunung Jati menunjukkan keahliannya dalam peperangan dengan gagah berani dan cerdik. Kemudian Sunan Gunung Jati menganti nama Sunda Kelapa menjadi Jaya Karta, yang sekarang disebut dengan Jakarta.
Menurut Nur Aslihaty Hambaly, keturunan Syarif Hidayatullah dari garis ayah adalah sebagai berikut.
Nabi Muhammad saw
1.         Siti Fatimah
2.         Husein Assabti
3.         Zainal Abidin
4.         Muhammad al Baqir
5.         Ja’far Shadiq
6.         Gasim al Baqir
7.         Muhammad an Nagib
8.         Isa al Bashri
9.         Ahmad al Muhajir
10.       Ubaidillah
11.       Muhammad
12.       Alwi
13.       Al Gasam
14.       Muhammad
15.       Alwi Amir Faqih
16.       Abdul Malik
17.       Abdullah Khan Nuddin
18.       Al Amir Ahmad Syekh Jalaluddin
19.       Jamaluddin al Husein
20.       Ali Nurul Alam
21.       Syarif Abdullah
22.       Syarif Hidayatullah
h.      Sunan Kalijaga
Nama lain yang sering disebut adalah Muhammad Said atau Joko Said. Kelebihan utama beliau ialah kemampuannya memasukkan pengaruh Islam kepada kebiasaan orang Jawa. Kecintaan orang Jawa yang tidak dapat dilepaskan terhadap wayang, menyebabkan beliau memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Sunan Kalijaga adalah pencipta wayang yang mengandung cerita.
Majalah Penyebar Semangat Surabaya di Jayakarta, menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah orang Jawa asli. Silsilah yang dikemukakan adalah: Adipati Ranggalawe (bupati Tuban) b. Ario TejoI b. Ario Tejo II b. Raden Tumenggung Wilotileto b. Raden Mas Said (Sunan Kalijaga).
Anak-anak Sunan Kalijaga: Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukiyah, Dewi Sofiah.
i.        Sunan Muria
Ketika masih muda Sunan Muria dikenal dengan nama Raden Prawoto. Nama lainnya adalah Raden Said b. Raden Syahid. Sunan Muria adalah seorang sufi/ahli tasawuf. Sunan Muria mencerminkan pribadi yang menempatkan rasa cinta kepada Allah. Sepanjang hidupnya diperuntukkan memuji kebesaran Allah. Kediaman dan pesantren Sunan Muria terletak di kaki gunung Muria. Di bawah bimbingan beliau orang-orang membenamkan dirinya untuk berdzikir kepada Allah. Beliau selalu mengucapkan kalimat thayyibah dan kalimat risalah “Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah”. Sunan Muria juga pencipta gending Sinem dan Kinanti.



DAFTAR PUSTAKA
Syamsu, Muhammad. Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. 1999. Jakarta: Lentera. (ISLAM DI JAWA)
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama  Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &           XVIII : Akar Pembaruan Islam Indonesia. 2007. Jakarta: prenada media
Rifai, Muhammad. K.H. Hasyim Asy’ar Biografi Singkat 1871-1947. 2010. Yogyakarta: Garasi House Of Book.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama  Diakses pada 24 Juni 2014 15:10.
http://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad/Ahmad_Khatib_Al-Minangkabawi/Nawawi_al-Bantani  Diakses pada 24 Juni 2014 16:20.


[1] Muhammad Syamsu. Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. 1999. Jakarta: Lentera. hlm. 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar