Walisongo
(Di Jawa)
a.
Maulana
Malik Ibrahim
Nama
lain yang sering dipakai beliau adalah Maulana Magribi atau Maulana Ibrahim. Di Pulau Jawa beliau
menetap di desa Leran, di luar kota Gresik. Kota Gresik saat itu merupakan kota
pelabuhan perdagangan yang sering dikunjungi oleh pedagang dari luar negeri. Di
desa Leran inilah, beliau menjalankan dakwah Islam.
Kemudian Maulana Malik Ibrahim menghadap raja Majapahit dan menceritakan
maksudnya untuk berdakwah Islam sekalian mengajak raja Majapahit untuk memeluk
agama Islam. Lalu, raja Majapahit memberi Maulana dengan sebidang tanah di desa
Gapura, Gresik sebagai tempat mengembangkan agama Islam. Di atas tanah ini lalu
didirikan sebuah masjid untuk tempat beribadah dan tempat mengajarkan agama
Islam.
Kemudian datanglah Raja Cermin, yaitu sepupu Maulana Malik Ibrahim,
beserta rombongan yang terdiri dari anak-anaknya, seorang putri, Siddik
Muhammad, Maulana Maghfur, Sayid Jafar, Sayid Gasim, Sayid Ghart, Sayid Rafidin
dan lain-lainnya.
Mula-mula diutuslah Siddik Muhammad, Maulana Maghfur dan Maulana Malik
untuk menghadap Raja Majapahit. Setelah mendapat persetujuan, maka datanglah
Raja Cermin menghadap Raja Majapahit, memberikan hadiah persembahan, dengan
disertai ajakan kepada Raja Majapahit untuk menjadi pengikut Islam. Usaha ini tidak berhasil mengingat keengganan Raja yang
menjadi pimpinan keagamaan dan pemerintahan sekaligus, yang saat itu banyak
rakyatnya adalah pengikut agama Hindu, sehingga Raja pun menjadi pemimpin agama Hindu pula di
Jawa. Raja Cermin lalu berangkat meninggalkan istana setelah tidak berhasil
meyakinkannya untuk menganut agama Islam. Sedangkan Maulana Malik dan Maulana
Maghfur tetap tinggal di istana Majapahit.[1]
Menurut tradisi/babad Jawa, Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama
dari tanah Arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad saw. Nampaknya
Maulana Malik datang dari Kasyan, Persia. Silsilah Maulana Malik Ibrahim menurut penelitian dari manuskrip
Arab di Maktab ad Daimi di Jakarta.
22. Maulana Malik Ibrahim b.
21. Zainul Alam Muhyidin Barakat (Campa, Kamboja) b.
20. Maulana Jamaluddin Husein al Akbar/Jumad al Kubra (Makassar)
19. Ahmad Syah Jalal b.
18. Amir Abdullah Khan b.
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
16. Sayid Alwi b.
15. Muhammad Sahib Mirbat b.
14. Ali Khali’ Gasam b.
13. Sayid Alwi b.
12. Sayid Muhammad b.
11. Sayid Alwi b.
10. Abdullah Ubaidillah b.
9. Ahmad al Muhajir b.
8. Sayid Isa b.
7. Sayid Muhammad b.
6. Ali ar Uraidhi b.
5. Ja’far ash Shidiq b.
4. Muhammad al Baqir b.
3. Ali Zainal Abidin b.
2. Sayidina Husein b.
1. Sayidina Ali bin Abi Thalib/Sayidatina Fatimah bt.
Muhammad
Rasulullah saw.
b. Sunan Ampel
Nama lain/gelar beliau yang sering disebut adalah Raden Rahmat. Sedangkan
namanya ketika masih muda adalah Ahmad Rahmatullah.
Raden Rahmat mendapat didikan ilmu agama Islam dari
ayahnya yang bernama Ibrahim Asmorokandi. Ibrahim Asmoro ini seorang ulama
terkenal dari Arab yang menyiarkan Islam di negara Campa (Kamboja). Oleh karena
Raja Campa tertarik dengan budi pekerti dan ilmu dari ulama ini maka akhirnya
ia mengawinkannya dengan putrinya.
Setelah Raden Rahmat
dianggap cukup ilmunya maka beliau dikirim ayahnya ke Jawa untuk menyiarkan Islam.
Sewaktu tiba di Jawa Raden Rahmat berusia 20 tahun. Pertama kali Raden Rahmat
tiba di Gresik dan disambut dengan meriah dan suka cita oleh penduduk yang
telah memeluk agama Islam.
Dengan penuh semangat
keagamaannya, ia mengajak pamannya Angkawijaya untuk memeluk agama Islam namun tidak
berhasil. Walaupun demikian usaha menyiarkan agama Islam dihalangi Raja
Majapahit, malah kemudian Raden Rahmat diangkat menjadi gubernur di Ampel,
sebelah timur dari kota Gresik. Di sini ia diberi kebebasan menyiarkan Islam.
Di Ampel, Raden Rahmat mendirikan pesantren dan sejak saat itu terkenal dengan
gelar Sunan Ampel.
Pada tahun 1479 M beliau
mendirikan Masjid Agung Demak. Kerajaan Demak berdiri sebagai kerajaan Islam
yang pertama dengan rajanya Raden Patah adalah atas dukungan dan restu dari
Sunan Ampel.
Silsilah lengkap dari Raden
Rahmat adalah:
22. Raden Rahmat/Ahmad Rahmatullah/Sunan Ampel b.
21. Ibrahim Asmoro/Zainudin Ibrahim Al Akbar/IbrahimAsmorokandi/Sunan Gresik
b.
20. Maulana Jamaluddin Husein Al Akbar/Jamaluddin
Agung/Jumad Al Kubra/Wajuk Makasar b.
19. Ahmad Jalal Syah b.
18. Amir Abdullah Khan b.
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
16. Sayid Alwi b.
15. Muhammad Shahib Mirbath b.
14. Ali Khali’ Gasam b.
13. Sayid Alwi b.
12. Sayid Muhammad b.
11. Sayid Alwi b.
10. Abdullah b.
9. Ahmad al Muhajir b.
8. Isa an Nagib b.
7. Muhammad an Nagib b.
6. Ali al Uraidhi b.
5. Ja’far ash Shidiq
4. Muhammad al Baqir
3. Ali Zainal Abidin
2. Sayidina Husein b.
1. Sayidina Ali b. Abi Thalib/Siti Fatimah
Raden Rahmat menikah dengan
Nyai Ageng Manila, anak dari KG. Manila, seorang adipati yang bergelar
Tumenggung Wilaktika. Putra-putri Raden Rahmat adalah Nyai Ageng Maloka;
Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang);
Syarifuddin Hasyim (Sunan Drajat);
Puteri, istri Sunan Kalijaga;
Ahmad Hisam (Sunan Lamongan);
Zainal Abidin (Sunan Demak);
dan Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).
c. Sunan Giri
Sunan Giri dilahirkan pada tahun 1365 di Blambangan.
Nama lain/gelar Sunan Giri yang sering disebut yaitu
Joko Samudro, nama yang diberikan oleh ibu angkatnya, Nyai Gede Pinatih. Nama lainnya adalah Raden Paku,
nama yang diberikan oleh Sunan Ampel. Sedangkan Sunan Kalijaga menamainya
Prabu Satmata.
Tersebutlah kisah di daerah Blambangan terjangkit penyakit. Tak terkecuali keluarga istana
Blambangan, yaitu putri kerajaan Blambangan juga ikut terserang penyakit.
Karena bingung dan
kasihan melihat keadaanya putrinya, maka Raja Blambangan mengumumkan sayembara
bahwa siapa yang bisa menyembuhkan putrinya, jika dia laki-laki akan dinikahkan
dengannya dan jika dia perempuan akan dijadikan saudaranya. Setelah sekian lama
tak ada yang memenuhi sayembara Raja.
Kemudian Raja mendengar ada seorang pertapa di lereng Gunung Selangu. Maka
Sang Prabu mengutus Patih Bajulsengara untuk menemui pertapa tersebut. Ternyata
orang tersebut adalah Maulana Ishak. Patih lalu menjelaskan maksud
kedatangannya itu. Namun, dengan syarat jika putri sembuh maka Prabu Menak Sembayu harus memeluk agama Islam. Sang Patih melaporkan semua pembicaraan kepada Prabu
Menak Sembayu. Tentu saja syarat untuk melepaskan agama lama dan kemudian
memeluk agama Islam dirasa berat olehnya. Namun karena cinta dan sayangnya
kepada putrinya, Prabu pun menyanggupi syarat itu. Setelah tiga malam Syekh
Maulana Ishak berusaha mengobati Dewi Sekardadu dengan berdoa dan shalat, maka
sembuhlah Dewi Sekardadu.
Janji Sang Prabu ditepati.
Setelah Dewi Sekardadu masuk Islam, ia pun dinikahkan dengan Syekh Maulana
Ishak. Maulana Ishak diberi kebebasan menyiarkan agama Islam kepada penduduk
Blambangan. Dengan cepat banyak penduduk masuk Islam dan pengaruh Maulana Ishak
sudah mulai nampak. Dengan kejadian ini Prabu Menak Sembayu khawatir
pengaruhnya akan hilang, maka dia menyuruh orang untuk membunuh Maulana Ishak.
Dengan perlindungan Allah
usaha ini diketahui oleh
Maulana Ishak dan dia berhasil menyelamatkan diri dengan meninggalkan
Blambangan. Sebelum meninggalkan Blambangan dia berpesan kepada istrinya. Dewi
Sekardadu yang sedang hamil agar menjaga dan memelihara anaknya dengan
sebaik-baiknya. Setelah anaknya lahir, Dewi Sekardadu takut anaknya pun akan
dibunuh, maka dihanyutkan anaknya di laut setelah dimasukkan ke dalam peti. Dengan
perkenan Allah, peti itu ditemukan kapal dagang yang dipunyai oleh Nyai Gede
Pinatih. Oleh awak kapal, bayi yang mereka temukan di laut itu diserahkan
kepada Nyai Gede Pinatih. Oleh Nyai Gede dipeliharalah bayi tersebut dan diberi
nama Joko Samudro.
Sunan Giri adalah seorang
ulama ulung yang dibekali pengetahuan ilmu agama yang cukup. Beliau menyiarkan
Islam dan menanamkannya ke dalam jiwa para penduduk. Beliau mendirikan masjid
sebagai langkah pertama dan dasar untuk menyiarkan Islam. kemudian beliau mendirikan
beberapa pesantren dan mengajarkan ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits, serta
nahu dan sharaf kepada murid-muridnya. Di samping sebagai ulama dan guru,
beliau juga berdagang untuk penghidupannya. Dengan modal yang diberikan oleh
ibu angkatnya, Nyai Gede Pinatih, beliau menjadi pedagang mengelilingi
pulau-pulau di Indonesia.
Karena beliau berdagang
melayari lautan menuju pulau-pulau, maka banyak orang kaya dan orang-orang
terpandang dari Maluku, Makasar, Halmahera, Pontianak dan Banjarmasin yang menjadi
pengikutnya. Beliaulah yang mengislamkan rakyat pulau Timor. Setiap datang ke
Timor, beliau selalu disambut oleh Raja dan rakyatnya dengan musik dan
tembakan. Sebagai pendidik beliau membuat bermacam-macam mainan anak-anak
antara lain Jalungan, Jor, Gerat, Gula Ganti, Cublak-cublak Suweng dan
sebagainya. Sebagai seniman beliau mencipta dan mengubah lagu Asmaradana dan
Pucung.
Jasa besar Sunan Giri dalam
dakwah Islamiyah ialah usahanya mengirim anak muridnya ke pelosok-pelosok
Indonesia untuk menyiarkan Islam, misalnya ke pulau-pulau Madura, Bawean,
Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Huraku, yakni di kepulauan Maluku.
. Sunan Giri menikah dengan
putri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murtiasih. Sunan Giri juga menikah dengan
putri Kyai Ageng bungkul, pembesar Surabaya dari keturunan Majapahit.
Putra-putri Sunan Giri yaitu Pangeran Pasir Batang;
Nyai Ageng Kukusan;
Sunan Dalem; Pangeran Tegalwangi;
Nyai Ageng Seloluhur;
Pangeran Kidar; Nyai Ageng Rawuh; Pangeran Kulon; Sunan Warudju; dan Pangeran Sedotimur.
Silsilah menurut hasil
penelitian berdasarkan manuskrip Arab di al Maktab ad Daimi di Jakarta adalah:
23. Sunan Giri
22. Maulana Ishak
21. Ibrahim Zainuddi al Akbar/Ibrahim Asmoro/Zainal
Kubro
20. Maulana Jamaluddin Husein al Akbar/Jumad a Kubro
19. Ahmad Jalal Syah
18. Amir Abdullah Khan
17. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan
16. Sayid Alwi
15. Muhammad Shahib Mirbath
14. Ali Khali’ Gasam
13. Sayid Alwi
12. Sayid Muhammad
11. Sayid Alwi
10. Sayid Abdullah
9. Ahmad al Muhajir
8. Sayid Isa
7. Muhammad an Nagib
6. Ali al Uraidhi
5. Ja’far ash Shadiq
4. Muhammad al Baqir
3. Ali Zainal Abiddin
2. Sayidina Husein
1. Sayidina Ali b. Thalib/Sayidatina Fatimah bt.
Muhammad saw.
d. Sunan Kudus
Nama lain Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Untung dan Raden Amir
Haji. Beliau menguasai ilmu hadits, ilmu tafsir Al Quran, ilmu sastra, mantiq
serta ilmu fiqh. Di bidang kesenian ia menciptakan Gending Maskumambang dan
Mijil.
Pada waktu Maulud Nabi Muhammad saw, orang berduyun-duyun datang. Di
pintu garpura masjid, semua orang harus membaca dua kalimat syahadat terlebih
dahulu sebelum masuk. Ini disebut
syahadatain. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat upacara sekaten yang
diambil dari kata syahadatain.
Silsilah Sunan Kudus menurut sumber Arab yaitu dari al Maktab ad Daimi
Jakarta.
1. Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)b.
2. Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel) b.
3. Zainuddin Ibrahim al Akbar b.
4. Maulana Jamaluddin al Husein al Akbar
5. Ahmad Syah Jalal b.
6. Amir Abdullah Khan b.
7. Amir Abdul Malik al Azhmat Khan b.
8. Sayid Alwi b.
9. Muhammad Shahib Mirbath b.
10. Ali Khali’ Gasam b.
11. Sayid Alwi b.
12. Sayid Muhammad b.
13. Sayid Alwi b.
14. Abdullah/Ubaidillah b.
15. Ahmad al Muhajir b.
16. Sayid Isa b.
17. Sayid Muhammad an Nagib b.
18. Ali al Uraidhi
b.
19. Ja’far ash
Shadiq b.
20. Muhammad al
Baqir b.
21. Ali Zainal
Abidin b.
22. Sayidina Husein
b.
23. Sayidina
Ali/suami Fatimah bt.
24. Muhammad
Rasulullah saw.
Istri Sunan Kudus adalah
Dewi Ruchi. Dari istrinya beliau memperoleh 8 putera
yaitu Nyai Ageng Prembayun;
Panembahan Palembang;
Panembahan Mekaos Honggokusuma;
Panembahan Kadhi; Panembahan Karimun;
Panembahan Joko; Ratu Pakojo; dan Ratu Prodobinabar.
e. Sunan
Bonang
Nama kecil Sunan Bonang adalah Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah
putra Sunan Ampel dari istrinya seorang putri Tuban yang bernama Nyai Ageng
Manila. Sunan Bonang selain mendapat bimbingan ilmu dari ayahnya, ia juga pergi
ke Pasai, Aceh berguru kepada Maulana Ishak.
Dalam dakwahnya Sunan Bonang berusaha memasukkan pengaruh Islam ke dalam
kalangan bangsawan keraton Majapahit. Sunan Bonanglah yang memberikan didikan
Islam kepada Raden Patah, sultan Demak pertama. Sunan Bonang adalah pencipta
gending Darma. Sunan Bonang juga berusaha mengganti nama-nama hari nahas
menurut kepercayaan Hindu dan nama-nama dewa Hindu dengan nama-nama malaikat
dan nabi-nabi menurut agama Islam. Sunan Bonang wafat pada tahun 1001H.
f. Sunan
Drajat
Nama beliau adalah Syarifuddin Hasyim, putra dari Sunan Ampel. Sunan Drajat adalah
seorang wali yang bersifat sosial. Di dalam menjalankan agama dan dakwah
Islamiahnya, beliau tidak segan-segan membantu rakyat yang sengsara, membantu
anak-anak yatim piatu, membantu orang yang sakit dan membantu orang-orang fakir
miskin. Sunan Drajat juga pencipta gending Pangkur.
Sikap hidup yang dicontohkan Sunan Drajat adalah agar pengikutnya dapat
mengambil suri teladan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, sebab
Islam menganjurkan pengikutnya untuk berbuat serupa, yaitu ajaran untuk bergotong
royong, hidup rukun, saling tolong menolong, di mana yang kuat menolong yang
lemah dan yang kaya menolong yang miskin.
g. Sunan
Gunung Jati
Diceritakan bahwa putra-putri Prabu Siliwangi yaitu Raden Walangsungsang
dan adiknya, Nyai Larasantang menunaikan haji ke Mekah atas nasihat guru
mereka, Syekh Nurul Jati. Setelah menunaikan ibadah haji di Mekah, Nyai
Larasantang menikah dengan anak sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah. Dari
perkawinan Nyai Larasantang, Syarif Abdullah memperoleh anak yang diberi nama
Syarif Hidayatullah yang lahir pada tahun 1448M.
Saat Syarif Hidayatullah berumur 20 tahun ia pergi ke Mekah untuk
menuntut agama Islam. Beliau berguru kepada Syekh Najmuddin al Kurdi,
Atha’illah Syadzili, dan Datuk Sindil.
Ilmu agama yang dipelajari
Syarif Hidayatullah adalah ilmu syariat, ilmu hakikat, ilmu tarekat, dan ilmu
makrifat. Kemudian Syarif Hidayatullah berangkat ke Jawa. Sewaktu tiba di
Banten, ia menjumpai penduduk di sana sudah ada yang mejadi penganut Islam.
Selanjutnya ia ke Ampel untuk menyelesaikan pendidikannya pada Sunan Ampel.
Setelah ilmunya dianggap cukup oleh Sunan Ampel ia diperintahkan untuk
mengajarkan agama Islam di Cirebon. Naskah-naskah Cirebon menyebutkan bahwa istri-istri
Sunan Gunung Jati adalah Nyai Babadan anak Ki Gede Babadan; Nyai Rara
Jati anak Ki Gede Jati; Ratu Rawangaten,
seorang putri Pajajaran; Ratu
Tapasan, seorang perempuan asal Majapahit; dan Seorang
putri Cina.
Sunan Gunung Jati berhasil mengislamkan penduduk daerah Jawa Barat. Raja
Banten dengan mudah dapat diajak untuk memeluk agama Islam. Dengan menggunakan
beberapa ribu prajurit tentara Demak, Syarif Hidayatullah dapat menguasai
Banten dan Sunda Kelapa sekitar tahun 1521-1524M. Di Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam
dengan damai. Beribu-ribu orang berdatangan untuk berguru dalam agama Islam
kepadanya.
Beliau juga
berhasil menggagalkan pendaratan orang Portugis yang
hendak mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Sunan Gunung Jati menunjukkan
keahliannya dalam peperangan dengan gagah berani dan cerdik. Kemudian Sunan
Gunung Jati menganti nama Sunda Kelapa menjadi Jaya Karta, yang sekarang
disebut dengan Jakarta.
Menurut Nur Aslihaty
Hambaly, keturunan Syarif Hidayatullah dari garis ayah adalah sebagai berikut.
Nabi Muhammad saw
1. Siti
Fatimah
2. Husein
Assabti
3. Zainal
Abidin
4. Muhammad
al Baqir
5. Ja’far
Shadiq
6. Gasim
al Baqir
7. Muhammad
an Nagib
8. Isa al
Bashri
9. Ahmad
al Muhajir
10. Ubaidillah
11. Muhammad
12. Alwi
13. Al
Gasam
14. Muhammad
15. Alwi
Amir Faqih
16. Abdul
Malik
17. Abdullah
Khan Nuddin
18. Al Amir
Ahmad Syekh Jalaluddin
19. Jamaluddin
al Husein
20. Ali
Nurul Alam
21. Syarif
Abdullah
22. Syarif
Hidayatullah
h. Sunan
Kalijaga
Nama lain yang
sering disebut adalah Muhammad Said atau Joko Said. Kelebihan utama beliau
ialah kemampuannya memasukkan pengaruh Islam kepada kebiasaan orang Jawa.
Kecintaan orang Jawa yang tidak dapat dilepaskan terhadap wayang, menyebabkan
beliau memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Sunan
Kalijaga adalah pencipta wayang yang mengandung cerita.
Majalah Penyebar
Semangat Surabaya di Jayakarta, menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah orang
Jawa asli. Silsilah
yang dikemukakan adalah: Adipati Ranggalawe (bupati Tuban) b. Ario TejoI b.
Ario Tejo II b. Raden Tumenggung Wilotileto b. Raden Mas Said (Sunan Kalijaga).
Anak-anak Sunan
Kalijaga: Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukiyah, Dewi Sofiah.
i.
Sunan Muria
Ketika masih muda Sunan Muria dikenal dengan nama Raden Prawoto. Nama
lainnya adalah Raden Said b. Raden Syahid. Sunan Muria adalah seorang sufi/ahli
tasawuf. Sunan Muria mencerminkan pribadi yang menempatkan rasa cinta kepada
Allah. Sepanjang hidupnya diperuntukkan memuji kebesaran Allah. Kediaman dan
pesantren Sunan Muria terletak di kaki gunung Muria. Di bawah bimbingan beliau
orang-orang membenamkan dirinya untuk berdzikir kepada Allah. Beliau selalu
mengucapkan kalimat thayyibah dan kalimat risalah “Laa ilaaha illallah,
Muhammadur Rasulullah”. Sunan Muria juga pencipta gending Sinem dan Kinanti.
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsu,
Muhammad. Ulama Pembawa Islam di
Indonesia dan Sekitarnya. 1999. Jakarta: Lentera. (ISLAM DI JAWA)
Azra, Azyumardi.
Jaringan Ulama Timur
Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII
: Akar Pembaruan Islam Indonesia. 2007. Jakarta: prenada media
Rifai, Muhammad. K.H. Hasyim Asy’ar
Biografi Singkat 1871-1947. 2010. Yogyakarta: Garasi
House Of Book.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama Diakses pada 24 Juni 2014 15:10.
http://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad/Ahmad_Khatib_Al-Minangkabawi/Nawawi_al-Bantani Diakses pada 24 Juni 2014 16:20.
http://ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/al-habib-jafar-bin-syaikhan-assegaf/ Diakses pada 24
Juni 2014 16:28.
[1] Muhammad
Syamsu. Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. 1999. Jakarta:
Lentera. hlm. 39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar