PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hadits merupakan
salah satu sumber ajaran Islam. Hadits menempati kedudukannya yang sangat
penting setelah Al-Quran. Hadits berbeda dengan Al-Quran yang semua ayatnya
diterima secara mutawatir. Sedangkan, hadits dalam periwayatannya sebagian
dengan mutawatir dan sebagian yang lain secara ahad. Oleh karena itu para ulama
melakukan penelitian terhadap keaslian hadits agar dapat dipertanggungjawabkan.
Para ulama telah banyak mengklasifikasikan cabang ilmu hadits berdasarkan
kategori tertentu. Salah satu cabang ilmu hadits yaitu Ilmu Rijal Al-Hadits yaitu ilmu yang membahas hal ikhwal para rawi yang
didalamnya membahas tentang sejarah para rawi (tarikh) dan para rawi berdasarkan tingkatan zamannya (thabaqat).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Thabaqat ?
2. Bagaimana
pembagian Thabaqat perawi hadits ?
3. Apa
saja kitab-kitab Thabaqat ?
4. Apa
manfaat mempelajari Ilmu Thabaqat Ar
Ruwah ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
apa pengertian Thabaqat.
2. Mengetahui
pembagian Thabaqat perawi hadits.
3. Mengetahui
kitab-kitab Thabaqat karya para
ulama.
4. Mengetahui
manfaat dalam mempelajari Ilmu Thabaqat
Ar Ruwah.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thabaqat
Thabaqat
menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan dalam suatu sifat. Menurut
istilah muhadditsin adalah Thabaqat
yaitu suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam umur
dan sanad, yakni pengambilan hadits dari para guru.
Kadangkala
para muhadditsin menganggap bahwa kebersamaan dalam menimba ilmu hadits adalah
cukup bisa dikatakan satu thabaqat.
Sebab pada umumnya mereka memiliki kesamaan dalam umur. Peneliti dan pengamat
ilmu hadits sangat dituntut untuk mengetahui tahun kelahiran dan kematian
setiap rawi, murid-muridya, dan guru-gurunya.
Kategorisasi
bagi seorang rawi dalam suatu thabaqat
bisa berbeda-beda, bergantung pada segi penilaian dan hal-hal yang mendasari
kategorisasinya. Oleh karena itu, seringkali dua orang rawi dianggap berada
dalam satu thabaqah karena memiliki kesamaan dalam satu segi, dan dianggap
berada dalam thabaqat yang berlainan
karena tidak memiliki kesamaan dalam segi lainnya.
Anas
b. Malik al-Anshari beserta sahabat junior lain akan berada di bawah sekian thabaqat Abu Bakar dan sejumlah sahabat
senior, bila dilihat dari segi waktu mereka masuk Islam. Namun, mereka dapat
dianggap berada dalam satu thabaqat
bila dilihat dari kesamaan mereka sebagai sahabat Nabi SAW. Dengan demikian,
seluruh sahabat adalah thabaqat rawi
yang pertama, para tabi’in menempati thabaqat kedua, para tabi’it tabi’in thabaqat ketiga,
dan seterusnya.
Dasar penggolongan yang demikian ini
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik generasi ialah generasiku,
kemudian generasi orang-orang berikutnya dan lalu generasi orang-orang yang
mengikutinya lagi”. (HR. Bukhari).
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah “Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok
pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu
alat pengikat yang sama”. Ilmu Thabaqat
Ar Ruwah telah muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak
abad ke-2 H.
B.
Pembagian Thabaqat Perawi Hadits
Ibnu Hajar
membagi thabaqat berdasarkan
kedekatan mereka dalam sanad atau kesamaan guru-guru dan masa hidup mereka.
Menurut beliau para rawi itu terdiri atas 12 thabaqat.
Pembagian thabaqat terbagi menjadi 12 thabaqat:
1.
Thabaqat yang pertama : para shahabat.
2.
Thabaqat yang kedua : thabaqat Kibar Tabi'in, seperti Sa'id bin al-Musayyib,
dan begitu pula para Mukhodhrom. Mukhodhrom adalah orang yang hidup pada zaman
jahiliyyah dan Islam, akan tetapi ia tidak pernah melihat Rasulullah SAW dalam
keadaan beriman. Misalnya, seseorang masuk Islam pada zaman Rasulullah SAW,
akan tetapi ia tidak pernah bertemu Rasulullah karena jauhnya jarak atau udzur
yang lain. Atau seseorang yang hidup sezaman dengan Rasulullah SAW, akan tetapi
ia belum masuk Islam melainkan setelah wafatnya Rasulullah SAW.
3.
Thabaqat ketiga : thabaqat
pertengahan dari tabi'in, seperti
al-Hasan al-Bashri dan Ibnu Sirin, dan mereka adalah (berada pada) thabaqat yang meriwayatkan dari sejumlah
Sahabat Nabi SAW.
4.
Thabaqat keempat : Tabi'in Kecil, mereka merupakan thabaqat yang sesudah thabaqat
yang sebelumnya (thabaqat ketiga).
Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi'in
(thabaqat kedua). Rawi yang dalam thabaqat
ini contohnya adalah az-Zuhri dan Qotadah.
5.
Thabaqat kelima : Thabaqat yang
paling kecil dari tabi'in, mereka adalah
yang lebih kecil dari thabaqat-thabaqat tabi'in yang sebelumnya. Dan mereka adalah termasuk tabi'in, mereka melihat seorang atau
beberapa orang Sahabat. Contoh thabaqat ini adalah Musa bin ‘Uqbah dan
al-A'masy.
6.
Thabaqat keenam : thabaqat yang
sezaman dengan thabaqat kelima, akan
tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat seperti
Ibnu Juraij.
7.
Thabaqat ketujuh : thabaqat Kibar Tabi'it Tabi'in, seperti Malik dan ats-Tsauri.
8.
Thabaqat kedelapan : thabaqat Tabi'it Tabi'in Pertengahan, seperti Ibnu ‘Uyainah dan Ibnu ‘Ulaiyyah.
9.
Thabaqat kesembilan : thabaqat yang
paling kecil dari Tabi'it Tabi'in,
seperti Yazid bin Harun, asy-Syafi'i, Abu Dawud ath-Thoyalisi, dan Abdurrozzaq.
10. Thabaqat kesepuluh :
thabaqat tertinggi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in yang
mereka tidak bertemu dengan tabi'in,
seperti Ahmad bin Hanbal.
11. Thabaqat kesebelas :
thabaqat pertengahan dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in, seperti adz-Dzuhli dan
al-Bukhori.
12. Thabaqat keduabelas
: thabaqat yang rendah dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in, seperti at-Tirmidzi dan
para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi'it tabi'in, seperti sebagian para
gurunya an-Nasa'i.
Jika dari thabaqat yang
pertama dan kedua, mereka wafat sebelum tahun 100 H. Jika dari thabaqat
ketiga sampai kedelapan, mereka wafat setelah tahun 100 H. Jika dari thabaqat
kesembilan sampai akhir thabaqat,
maka mereka wafat setelah tahun 200 H.
C. Kitab-Kitab Thabaqat Karya Para Ulama
Mengingat begitu
besarnya faedah kajian ini, banyak muhadditsin menyusun kitab tentang thabaqah.
Dan dua kitab diantaranya telah dicetak.
1. Al-Thabaqat al-Kubra
karya Imam al-Hafizh Muhammad b. Sa’d. Kitab ini sangat komplit dan besar
faedahnya. Popularitasnya melebihi kitab-kitab lain yang sejenis. Penyusunnya
ialah seorang yang hafiz dan tsiqat.
Akan tetapi, banyak isi kitab ini bersumber dari rawi yang dhaif, seperti
Muhammad b. Umar al-Walidi, gurunya. Ia menyebut gurunya ini dengan namanya dan
nama ayahnya, yakni Muhammad b. Umar tanpa dijelaskan julukannya. Juga gurunya
yang lain, Hisyam b. Muhammad b. Al-Saib al-Kalbi. Dari kedua orang gurunya
inilah ia banyak menggali bahan kitabnya itu.
2. Al-Thabaqat
karya Iman Khalifah b. Khayyath. Kitab ini sangat berfaedah dalam bentuk yang
sangat ringkas, dan telah dicetak dalam dua jilid di Damaskus.
D.
Manfaat
Mempelajari Ilmu Thabaqat Ar Ruwah
Mengetahui
thabaqat para rawi sangat besar
manfaatnya, karena dengannya dapat diketahui sejumlah rawi yang memiliki
keserupaan dan sulit dibedakan, bisa terhindar dari kekeliruan lantaran
kesamaan antar rawi dalam nama dan kunyahnya,
dapat mengetahui hakikat di balik tadlis,
atau meneliti maksud an’anah
(pernyataan seorang rawi: ‘an Fulan),
apakah ia dalam bentuk sanad yang mustahil
atau munqathi.
KESIMPULAN
Thabaqat
menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan dalam suatu sifat.
Menurut istilah muhadditsin, Thabaqat
yaitu suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam umur
dan sanad, yakni pengambilan hadits dari para guru.
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok
pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu
alat pengikat yang sama. Ilmu Thabaqat
Ar Ruwah telah muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak
abad ke-2 H.
Ibnu Hajar membagi thabaqat berdasarkan kedekatan mereka
dalam sanad atau kesamaan guru-guru dan masa hidup mereka. Menurut beliau para
rawi itu terdiri atas 12 thabaqat,
yaitu thabaqat yang pertama: para shahabat;
thabaqat yang kedua:
thabaqat Kibar Tabi'in; thabaqat
ketiga: thabaqat pertengahan dari tabi'in;
thabaqat keempat: Tabi'in
Kecil; thabaqat kelima: thabaqat yang paling kecil dari tabi'in; thabaqat keenam: thabaqat
yang sezaman dengan thabaqat kelima,
akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat; thabaqat
ketujuh: thabaqat Kibar Tabi'it
Tabi'in, thabaqat kedelapan: thabaqat
Tabi'it Tabi'in Pertengahan; thabaqat kesembilan: thabaqat
yang paling kecil dari Tabi'it Tabi'in;
thabaqat kesepuluh: thabaqat tertinggi yang mengambil hadits dari
Tabi'it Tabi'in yang mereka tidak bertemu dengan tabi'in; thabaqat
kesebelas: thabaqat pertengahan dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in; thabaqat keduabelas:
thabaqat yang rendah dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in.
Dengan mengetahui thabaqat para rawi dapat diketahui
sejumlah rawi yang memiliki keserupaan dan bisa terhindar dari kekeliruan
lantaran kesamaan nama dan kunyahnya
serta mengetahui maksud an’anah
(pernyataan seorang rawi: ‘an Fulan)
apakah dalam bentuk sanad yang mustahil
atau munqathi.
Kitab-kitab thabaqat karya para ulama antara lain Al-Thabaqat
al-Kubra karya Imam al-Hafizh Muhammad b. Sa’d dan Al-Thabaqat karya Iman Khalifah b.
Khayyath.
DAFTAR
PUSTAKA
‘Itr,
Nuruddin. 2012. ‘Ulumul Hadits. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Solahudin,
Agus dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadis.
Bandung: Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar