Navigation Pages

bintang

Senin, 14 Juli 2014

ILMU THABAQAT AR RUWAH



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Hadits menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Al-Quran. Hadits berbeda dengan Al-Quran yang semua ayatnya diterima secara mutawatir. Sedangkan, hadits dalam periwayatannya sebagian dengan mutawatir dan sebagian yang lain secara ahad. Oleh karena itu para ulama melakukan penelitian terhadap keaslian hadits agar dapat dipertanggungjawabkan. Para ulama telah banyak mengklasifikasikan cabang ilmu hadits berdasarkan kategori tertentu. Salah satu cabang ilmu hadits yaitu Ilmu Rijal Al-Hadits yaitu ilmu yang membahas hal ikhwal para rawi yang didalamnya membahas tentang sejarah para rawi (tarikh) dan para rawi berdasarkan tingkatan zamannya (thabaqat).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Thabaqat ?
2.      Bagaimana pembagian Thabaqat perawi hadits ?
3.      Apa saja kitab-kitab Thabaqat ?
4.      Apa manfaat mempelajari Ilmu Thabaqat Ar Ruwah ? 

C.    Tujuan
1.      Mengetahui apa pengertian Thabaqat.
2.      Mengetahui pembagian Thabaqat perawi hadits.
3.      Mengetahui kitab-kitab Thabaqat karya para ulama.
4.      Mengetahui manfaat dalam mempelajari Ilmu Thabaqat Ar Ruwah.


PEMBAHASAN
A.    Pengertian Thabaqat
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan dalam suatu sifat. Menurut istilah muhadditsin adalah Thabaqat yaitu suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam umur dan sanad, yakni pengambilan hadits dari para guru.
Kadangkala para muhadditsin menganggap bahwa kebersamaan dalam menimba ilmu hadits adalah cukup bisa dikatakan satu thabaqat. Sebab pada umumnya mereka memiliki kesamaan dalam umur. Peneliti dan pengamat ilmu hadits sangat dituntut untuk mengetahui tahun kelahiran dan kematian setiap rawi, murid-muridya, dan guru-gurunya.
Kategorisasi bagi seorang rawi dalam suatu thabaqat bisa berbeda-beda, bergantung pada segi penilaian dan hal-hal yang mendasari kategorisasinya. Oleh karena itu, seringkali dua orang rawi dianggap berada dalam satu thabaqah karena memiliki kesamaan dalam satu segi, dan dianggap berada dalam thabaqat yang berlainan karena tidak memiliki kesamaan dalam segi lainnya.
Anas b. Malik al-Anshari beserta sahabat junior lain akan berada di bawah sekian thabaqat Abu Bakar dan sejumlah sahabat senior, bila dilihat dari segi waktu mereka masuk Islam. Namun, mereka dapat dianggap berada dalam satu thabaqat bila dilihat dari kesamaan mereka sebagai sahabat Nabi SAW. Dengan demikian, seluruh sahabat adalah thabaqat rawi yang pertama, para tabi’in menempati thabaqat kedua, para tabi’it tabi’in thabaqat ketiga, dan seterusnya.
Dasar penggolongan yang demikian ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik generasi ialah generasiku, kemudian generasi orang-orang berikutnya dan lalu generasi orang-orang yang mengikutinya lagi”. (HR. Bukhari).
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah “Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu alat pengikat yang sama”. Ilmu Thabaqat Ar Ruwah telah muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak abad ke-2 H.
B.     Pembagian Thabaqat Perawi Hadits
Ibnu Hajar membagi thabaqat berdasarkan kedekatan mereka dalam sanad atau kesamaan guru-guru dan masa hidup mereka. Menurut beliau para rawi itu terdiri atas 12 thabaqat.
Pembagian thabaqat terbagi menjadi 12 thabaqat:
1.      Thabaqat yang pertama : para shahabat.
2.      Thabaqat yang kedua : thabaqat Kibar Tabi'in, seperti Sa'id bin al-Musayyib, dan begitu pula para Mukhodhrom. Mukhodhrom adalah orang yang hidup pada zaman jahiliyyah dan Islam, akan tetapi ia tidak pernah melihat Rasulullah SAW dalam keadaan beriman. Misalnya, seseorang masuk Islam pada zaman Rasulullah SAW, akan tetapi ia tidak pernah bertemu Rasulullah karena jauhnya jarak atau udzur yang lain. Atau seseorang yang hidup sezaman dengan Rasulullah SAW, akan tetapi ia belum masuk Islam melainkan setelah wafatnya Rasulullah SAW.
3.      Thabaqat ketiga : thabaqat pertengahan dari tabi'in, seperti al-Hasan al-Bashri dan Ibnu Sirin, dan mereka adalah (berada pada) thabaqat yang meriwayatkan dari sejumlah Sahabat Nabi SAW.
4.      Thabaqat keempat : Tabi'in Kecil, mereka merupakan thabaqat yang sesudah thabaqat yang sebelumnya (thabaqat ketiga). Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi'in (thabaqat kedua). Rawi yang dalam thabaqat ini contohnya adalah az-Zuhri dan Qotadah.
5.      Thabaqat kelima : Thabaqat yang paling kecil dari tabi'in, mereka adalah yang lebih kecil dari thabaqat-thabaqat tabi'in yang sebelumnya. Dan mereka adalah termasuk tabi'in, mereka melihat seorang atau beberapa orang Sahabat. Contoh thabaqat ini adalah Musa bin ‘Uqbah dan al-A'masy.
6.      Thabaqat keenam : thabaqat yang sezaman dengan thabaqat kelima, akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat seperti Ibnu Juraij.
7.      Thabaqat ketujuh : thabaqat Kibar Tabi'it Tabi'in, seperti Malik dan ats-Tsauri.
8.      Thabaqat kedelapan : thabaqat Tabi'it Tabi'in Pertengahan, seperti Ibnu ‘Uyainah dan Ibnu ‘Ulaiyyah.
9.      Thabaqat kesembilan : thabaqat yang paling kecil dari Tabi'it Tabi'in, seperti Yazid bin Harun, asy-Syafi'i, Abu Dawud ath-Thoyalisi, dan Abdurrozzaq.
10.  Thabaqat kesepuluh : thabaqat tertinggi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in yang mereka tidak bertemu dengan tabi'in, seperti Ahmad bin Hanbal.
11.  Thabaqat kesebelas : thabaqat pertengahan dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in, seperti adz-Dzuhli dan al-Bukhori.
12.  Thabaqat keduabelas : thabaqat yang rendah dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in, seperti at-Tirmidzi dan para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi'it tabi'in, seperti sebagian para gurunya an-Nasa'i.
Jika dari thabaqat yang pertama dan kedua, mereka wafat sebelum tahun 100 H. Jika dari thabaqat ketiga sampai kedelapan, mereka wafat setelah tahun 100 H. Jika dari thabaqat kesembilan sampai akhir thabaqat, maka mereka wafat setelah tahun 200 H.
C.    Kitab-Kitab Thabaqat Karya Para Ulama
Mengingat begitu besarnya faedah kajian ini, banyak muhadditsin menyusun kitab tentang thabaqah. Dan dua kitab diantaranya telah dicetak.
1.      Al-Thabaqat al-Kubra karya Imam al-Hafizh Muhammad b. Sa’d. Kitab ini sangat komplit dan besar faedahnya. Popularitasnya melebihi kitab-kitab lain yang sejenis. Penyusunnya ialah seorang yang hafiz dan tsiqat. Akan tetapi, banyak isi kitab ini bersumber dari rawi yang dhaif, seperti Muhammad b. Umar al-Walidi, gurunya. Ia menyebut gurunya ini dengan namanya dan nama ayahnya, yakni Muhammad b. Umar tanpa dijelaskan julukannya. Juga gurunya yang lain, Hisyam b. Muhammad b. Al-Saib al-Kalbi. Dari kedua orang gurunya inilah ia banyak menggali bahan kitabnya itu.
2.      Al-Thabaqat karya Iman Khalifah b. Khayyath. Kitab ini sangat berfaedah dalam bentuk yang sangat ringkas, dan telah dicetak dalam dua jilid di Damaskus.
D.    Manfaat Mempelajari Ilmu Thabaqat Ar Ruwah
Mengetahui thabaqat para rawi sangat besar manfaatnya, karena dengannya dapat diketahui sejumlah rawi yang memiliki keserupaan dan sulit dibedakan, bisa terhindar dari kekeliruan lantaran kesamaan antar rawi dalam nama dan kunyahnya, dapat mengetahui hakikat di balik tadlis, atau meneliti maksud an’anah (pernyataan seorang rawi: ‘an Fulan), apakah ia dalam bentuk sanad yang mustahil atau munqathi.


KESIMPULAN
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan dalam suatu sifat. Menurut istilah muhadditsin, Thabaqat yaitu suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam umur dan sanad, yakni pengambilan hadits dari para guru.
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu alat pengikat yang sama. Ilmu Thabaqat Ar Ruwah telah muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak abad ke-2 H.
Ibnu Hajar membagi thabaqat berdasarkan kedekatan mereka dalam sanad atau kesamaan guru-guru dan masa hidup mereka. Menurut beliau para rawi itu terdiri atas 12 thabaqat, yaitu thabaqat yang pertama: para shahabat; thabaqat yang kedua: thabaqat Kibar Tabi'in; thabaqat ketiga: thabaqat pertengahan dari tabi'in; thabaqat keempat: Tabi'in Kecil; thabaqat kelima: thabaqat yang paling kecil dari tabi'in; thabaqat keenam: thabaqat yang sezaman dengan thabaqat kelima, akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat; thabaqat ketujuh: thabaqat Kibar Tabi'it Tabi'in, thabaqat kedelapan: thabaqat Tabi'it Tabi'in Pertengahan; thabaqat kesembilan: thabaqat yang paling kecil dari Tabi'it Tabi'in; thabaqat kesepuluh: thabaqat tertinggi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in yang mereka tidak bertemu dengan tabi'in; thabaqat kesebelas: thabaqat pertengahan dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in; thabaqat keduabelas: thabaqat yang rendah dari rawi yang mengambil hadits dari Tabi'it Tabi'in.
Dengan mengetahui thabaqat para rawi dapat diketahui sejumlah rawi yang memiliki keserupaan dan bisa terhindar dari kekeliruan lantaran kesamaan nama dan kunyahnya serta mengetahui maksud an’anah (pernyataan seorang rawi: ‘an Fulan) apakah dalam bentuk sanad yang mustahil atau munqathi.
Kitab-kitab thabaqat karya para ulama antara lain Al-Thabaqat al-Kubra karya Imam al-Hafizh Muhammad b. Sa’d dan Al-Thabaqat karya Iman Khalifah b. Khayyath.


DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin. 2012. ‘Ulumul Hadits. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Solahudin, Agus dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar