<=previous
Uranus tersentak dari tidurnya. Sebuah mimpi buruk membuatnya terjaga. Ia bangkit lalu duduk di tepi tempat tidur dan memikirkan kembali mimpi yang baru saja dialaminya. Dalam mimpinya ia melihat dirinya dikalahkan oleh salah seorang anaknya dan dimasukkan ke Tartarus. Di dalam neraka itu ia bergabung bersama para leluhurnya, Chaos, Nyx, Erebus, Aether, dan Hemera.
Dengan perasaan gundah Uranus beranjak dari duduknya dan melangkah ke jendela. Ia memandang keluar, di kejauhan terlihat duabelas anaknya sedang bermain-main di dalam hutan di sekeliling gunung Olympus tempat istananya istananya berada. Tubuh mereka yang sangat besar membuat Uranus bisa melihat semua anak-anaknya dengan jelas.
Enam anak laki-laki yang ia sebut Titan terdiri dari Crius, Coeus, Oceanus, Hyperion, Iapetus, dan Cronus . Enam anak perempuannya disebut Titanida yaitu Mnemosyne, Phoebe, Rhea, Tethys, Theia, dan Themis.
Uranus melihat keduabelas anaknya sedang asik bermain. Tubuh mereka yang sangat besar membuat bumi serasa berguncang. Pohon-pohon dan tanaman sekitar rusak parah, burung-burung berterbangan ketakutan dan hewan-hewan berlarian.
"Hoi, Titan, Titanida, kemari.........," teriak Uranus memanggil anak-anaknya.
Keduabelas anak Uranus menoleh sebentar kepada ayah mereka, tapi kemudian segera kembali asik bermain.
"Titan, Titanida, masuk istana!!" teriak Uranus semakin keras, jengkel merasa disepelekan anak-anaknya.
Tapi tetap saja teriakannya tak digubris anak-anaknya. Uranus meninggalkan ambang jendela dengan perasaan campur aduk, jengkel dan marah.
"Masih kecil sudah susah diatur, apalagi sudah besar nanti," gerutu Uranus.
Sambil duduk termenung di singgasananya Uranus teringat lagi akan mimpinya. Gaia yang melihat kegelisahan suaminya datang menghampiri dan menggelendot mesra pada suaminya.
"Ada apa Suamiku?" tanya Gaia sambil membelai rambut suaminya.
"Ah, tidak ada apa-apa, Istriku,"
Gaia tahu suaminya berbohong, ada sesuatu yang disembunyikannya.
Pada suatu hari Uranus mengajak anak-anaknya berjalan-jalan.
"Mau kemana kita Ayah?" tanya si bungsu Cronus.
"Nanti kalian lihat sendiri," kata Uranus berahasia.
Rombongan ayah dan anak itu terus berjalan, mereka tanpa henti terus melangkah hingga jauh ke dalam perut bumi.
"Tempat apa ini, Ayah?" tanya Rhea.
Uranus tak menjawab dan terus melangkah. Mereka kemudian sampai disebuah pintu raksasa terbuat dari logam. Uranus membuka pintu itu dengan kunci yang dibawanya dan terlihatlah sebuah ruangan yang sangat luas dengan banyak pintu di tiap sisinya.
"Coba kalian masing-masing masuk ke salah satu pintu, nanti akan kalian temukan sesuatu di dalamnya", beritahu Uranus.
Mendengar kata-kata sang ayah, kedua belas saudara itu segera berebutan memasuki pintu-pintu yang berbeda. Tak lama kemudian tinggal Uranus sendiri yang berada di dalam ruangan itu.
Ia memandang ke pintu-pintu yang baru saja dimasuki anak-anaknya itu sejenak, kemudian berbalik dan melangkah keluar melewati pintu logam raksasa dan menutupnya kembali.
Ia melangkah dengan perasaan lega. Tak akan ada lagi ancaman bagi dirinya kini, karena ia telah meninggalkan seluruh anaknya di dalam Tartarus.
Gaia yang diberitahu kemudian apa yang terjadi pada anak-anaknya hanya bisa menangis tak berdaya.
Beberapa tahun kemudian Uranus dan Gaia kembali mendapat keturunan. Kali ini Gaia melahirkan tiga anak yang disebut Hecatoncheire yang artinya 'tangan seratus'. Ketiganya berukuran sangat besar, memiliki lima puluh kepala dan seratus tangan kuat. Uranus memberi mereka nama Briareus, Cottus, dan Gyges.
Namun kebahagian Gaia akan kehadiran anak-anaknya ini tak berlangsung lama. Uranus yang masih takut anak-anaknya akan merebut kekuasaannya, kembali memasukkan para Hecatoncheiri ke dalam Tartarus. Gaia kembali hanya bisa meratapi nasib malang yang menimpa anak-anaknya.\
Setelah kehilangan Hecatoncheire, Gaia melahirkan tiga anak lagi yang disebut Cyclope, raksasa bermata satu. Mereka diberi nama Arges, Steropes, dan Brontes.
Seperti yang terjadi sebelumnya, Uranus kembali merasa terancam dengan keberadaan anak-anaknya ini. Tartarus pun mendapat tiga penghuni baru lagi.
"Apa yang kau pikirkan suamiku?! Mengapa kau memasukkan semua anak kita ke dalam neraka Tartarus?!" Gaia yang selama ini memendam perasaannya kali ini merasa tak tahan lagi.
"Aku harus melakukannya, jika tidak suatu saat mereka akan menentang dan merebut kekuasaanku", jawab Uranus.
"Mana mungkin mereka melakukannya, mereka anak-anak kita".
"Mana mungkin katamu?!! Kau sudah lupa apa yang terjadi pada para leluhur kita?" kata Uranus meninggalkan istrinya.
Tinggallah Gaia seorang diri. Ia menangis namun kali ini ia bertekad tak akan pasrah begitu saja. Ia akan membebaskan semua anak-anaknya dari Tartarus.
Suatu ketika Uranus tertidur tertidur lelap karena kekenyangan makan ambrosia dan minum nectar. Sebenarnya Gaia juga telah menambahkan ramuan yang membuat suaminya itu tertidur pulas.
Gaia mengambil kunci Tartarus yang selalu dibawa kemanapun oleh Uranus. Bergegas ia ke Tartarus menemui anak-anaknya.
"Kalian harus melawan ayah kalian", kata Gaia.
Semua anak-anaknya terdiam, tak tahu harus bagaimana menanggapi kata-kata sang ibu.
"Dengan menggunakan senjata ini ayah kalian dapat dikalahkan", kata Gaia seraya mengacungkan senjata sabit bermata berlian yang dibawanya.
"Salah satu dari kalian harus menggunakannya untuk mengalahkan ayah kalian. Siapa yang bersedia melakukannya?", tanya Gaia.
"Tidak ada yang berani?!!" tanya Gaia lagi sambil mengedarkan pandangan pada seluruh anak-anaknya.
Hampir saja Gaia merasa kecewa dengan anak-anaknya yang bertubuh besar tapi bernyali kerdil kalau saja saja Cronus, si bungsu dari para Titan tidak bersuara.
"Saya berani", kata Cronus mantap.
Gaia tersenyum bangga menatap Cronus. Ia menyerahkan senjata yang dipegangnya pada anaknya.
Pada suatu malam Uranus merasa mengantuk, ia melangkah menuju kamar tidur. Di kamar dilihatnya istrinya, Gaia, telah tertidur pulas. Ia baru saja melepaskan pakaiannya dan belum sempat menggantinya dengan pakaian tidur ketika tiba-tiba sebuah sosok raksasa menyerangnya.
"Siapa kau?" tanya Uranus kaget.
Pertanyaan Uranus dijawab dengan sebuah sabetan ke arah selangkangannya. Tak ayal alat kelaminnya putus oleh senjata berupa sabit itu. Darah tertumpah di lantai. Uranus yang tak berdaya segera diringkus oleh si penyerang. Ia diseret ke Tartarus dan dijebloskan ke neraka itu.
Sebelum si penyerang sempat meninggalkannya, Uranus sempat berkata.
"Hai, kau Cronus!!!" teriak Uranus, ternyata ia telah mengenali siapa yang menyerangnya.
Cronus berbalik, menatap wajah ayahnya yang terlihat menyedihkan.
"Kau...Kau..akan mengalami nasib serupa dengan diriku!!!" kata Uranus mengutuk anaknya.
Cronus meneruskan langkahnya. Tak lama terdengar suara pintu berdebam. Tartarus telah mendapatkan penghuni baru.
Kini Cronuslah yang berkuasa menggantikan Uranus. Ia membebaskan semua saudaranya dan kemudian menikah dengan salah seorang Titan, yaitu Rhea.
WP, Anton, 2010, Olympus Kisah dari Negeri Para Dewa, Solo : KATTA.
Minggu, 09 Februari 2014
Sabtu, 08 Februari 2014
OLYMPUS, Kisah Para Dewa

Awalnya hanyalah kehampaan. Kosong tak berbentuk. Chaos, sang dewa tanpa bentuk sendiri dalam keadaan tak beraturan. Kesepian, iapun menciptakan Nyx sang dewi malam untuk menemani dirinya.
Chaos dan Nyx, yang satu tanpa bentuk dan yang lain hitam pekat. Tentu tak ada kebahagiaan yang memancar. Chaos menjadi jemu, begitu pula dengan Nyx. Untunglah kemudian hadir anak mereka, Erebus sang dewa gelap.
"Buatlah perubahan anakku!" perintah Chaos pada Erebus.
Erebus melakukan perintah Chaos. Tapi perubahan tak mungkin terjadi jika ia tidak menggulingkan sang ayah dari singgasananya. Sebuah pilihan yang sulit.
"Apa yang kau ragukan lagi anakku? Lakukan apa yang harus kau lakukan!" kata Chaos.
Ya, jika ia tak bertindak maka tak akan ada perubahan, pikir Erebus. Semuanya akan tetap beku, diam dan terjadi kemandekan.
Erebus akhirnya mengkudeta Chaos. Sang ayah dikurungnya dan ia pun mengawini Nyx, ibunya sendiri. Kini Erebuslah yang berkuasa didampingi ibu sekaligus permaisurinya, Nyx.
Namun rupanya perubahan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Erebus sang dewa gelap dan Nyx sang dewi malam malah membuat kekelaman di sekelilingnya semakin pekat.
Keduanya kemudian memiliki dua anak. Aether, sang dewa cahaya dan Hemera, sang dewi siang.
Kekelaman harus digantikan cahaya terang. Hingga Aether dan Hemera kemudian merebut kekuasaan dari orang tua mereka. Alam pun menjadi terang untuk pertama kalinya.
Aether dan Hemera memiliki seorang anak, Agape sang dewa asmara. Dengan dibantu anaknya ini mereka menciptakan bumi dan dewi bumi Gaia, juga Pontus atau lautan yang mengisi sebagian besar permukaan bumi.
Mereka juga menciptakan dunia bawah yang berada jauh di dalam perut bumi, yang di sana terdapat neraka Tartarus sebagai tempat pengasingan Chaos dan orang tua mereka, Erebus dan Nyx.
Bumi yang tak ditumbuhi dan dihuni apapun terasa sunyi dan gersang. Melihat keadaan ini Agape tak tinggal diam,diambilnya sebuah anak panah miliknya dan ditembakkan ke permukaan bumi. Dalam sekejap mata bumi ditumbuhi beraneka ragam tanaman dan dipenuhi berbagai jenis binatang.
Sang dewi bumi Gaia melengkapi semuanya dengan melahirkan sendiri Uranus sang dewa langit. Gaia kemudian menikah dengan anaknya ini. Uranus dan Gaia menjadi dewa dewi pertama yang memerintah di muka bumi. Dari pasangan ini lahirlah para dewa yang kelak akan memerintah dunia dan dari sinilah bermula kisah panjang.
WP, Anton, 2010, Olympus Kisah dari Negeri Para Dewa, Solo : KATTA.
Langganan:
Postingan (Atom)