PEMIKIRAN FILSAFAT RENE DESCARTES
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Riwayat
Hidup Rene Descartes
Pada periode
modern, seorang pemikir, dengan penuh persiapan dapat melepaskan diri dari kekangan
orang-orang kristen atas nama agama Kristen. Akal dikekang secara keterlaluan
oleh mereka. Orang tersebut digelari sebagai Bapak Filsafat Modern. Dapat
diduga, pada masanya ia juga membaca buah pikiran orang-orang Islam. Orang itu
adalah Rene Descartes.
Rene Descartes
lahir di La-Haye Perancis pada tahun 1596. Ayahnya anggota parlemen Inggris. Ia
termasuk orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi ia
juga menganut Galileo yang pada waktu itu ditentang oleh tokoh-tokoh Gereja.
Dari tahun 1629 sampai dengan tahun 1649, ia menetap di Belanda.
Rene Descartes memperoleh
pendidikan pertama di Yesuit La Fleche dari tahun 1604 sampai tahun 1612. Ia
memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa
Perancis, musik dan akting. Bahkan, ia juga mendapat pengetahuan tentang logika
Aristoteles dan etika Nichomaus, fisika, matematika, astronomi serta ajaran
metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam masa pendidikannya, Rene
Descartes telah merasakan kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam
filsafat yang saling berlawanan.
Pada tahun 1612,
Rene Descartes pergi ke Paris dan disana ia mendapatkan kehidupan sosial yang
menjemukan sehingga ia mengasingkan diri ke Faobourg Sain, German untuk
mempelajari ilmu ukur. Pada tahun 1617, Descartes masuk ke dalam tentara
Belanda. Selama dua tahun, ia mendapat suasana yang damai dan tenteram di
negeri kincir angin ini, sehingga ia dapat mengerjakan renungan filsafatnya.
Tahun 1619, Descartes bergabung dengan tentara Bavaria.
Tahun 1621, Rene
Descartes berhenti dari tentara lalu ia menetap di Paris pada tahun 1625. Tiga
tahun kemudian, Descartes kembali masuk tentara, tetapi tidak lama kemudian
keluar lagi dan akhirnya ia memutuskan untuk hidup menetap di negeri Belanda.
Ia menetap selama 20 tahun dari tahun 1629 sampai dengan tahun 1649. Ia hidup
dalam iklim kebebasan berpikir. Disini, ia dengan bebas menyusun karya-karyanya
di bidang ilmu dan filsafat.
Descartes
menghabiskan masa hidupnya di Swedia ketika ia memenuhi undangan Ratu Chritine
yang menginginkan pelajaran-pelajaran darinya. Pelajaran-pelajaran yang harus
diajarkan setiap jam lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit dan meninggal
pada tahun 1650, sebelum ia sempat menikah.
Descartes juga
dikenal sebagai seorang polymath yaitu seorang yang mempunyai perhatian luas
dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu pasti. Sumbangan yang besar
dalam dunia ilmu yaitu menemukan ilmu ukur koordinat (coordinatgeometri).
B.
Karya-Karya
Descartes
Karya-karya
Descartes salah satunya yaitu Discours de
la Methode yang berarti Uraian tentang Metode, isinya melukiskan
perkembangan intelektual. Dalam karyanya ini, ia menyatakan ketidak puasannya
atas filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan penyelidikannya. Karya-karya
lainnya : Dioptrique, La Gfometrie, Les Meteores
Meditationes de Prima Philosophia, Principia Plulasopha, Le Monde, L’Homme
Regular ad Dirsctione De ia Formation dufoetos, Rules for the Direction of the Under Standing, Discouvse on Method.
BAB
II
PEMIKIRAN
FILSUF RENE DESCARTES
A. Mencari Kebenran
Sesuatu yang
dipandang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clearly and distinctly). Kebenaran memang ada dan kebenaran dapat
dikenal. Yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan
terpilah-pilah. Apa yang jelas dan terpilah-pilah itu tidak mungkin di dapatkan
dari apa yang berada di luar kita. Coba kita memperhatikan lilin dan sarang
madu. Jika kita mengamati sebuah sarang madu ada beberapa hal yang tampak pada
indra kita. Akan tetapi jika sarang madu kita letakkan di atas suatu wadah yang
berada di atas api, sifat-sifatnya berubah, sekalipun lilinnya tetap ada.
Sifat-sifat itu sekarang cair, lunak, lemah. Jadi yang tampak, yang dapat kita
amati bukanlah lilin itu sendiri. Adanya lilin kita ketahui dengan rasio atau akal
kita. Maka benda yang disebut lilin itu pada dirinya tidak dapat diamati. Sebab
benda itu dengan cara yang sama tercakup dalam segala penampakannya.
Pengetahuan kita tentang lilin tadi bukan karena wahyu, bukan karena pengamatan
atau khayalan, melainkan karena pemeriksaan rasio. Apa yang kita duga kita
lihat dengan mata kita itu hanya dapat kita ketahui semata-mata dengan kuasa
penilaian kita, yang terdapat di dalam rasio atau akal.
Dalam karya
Descartes, ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan.
Karyanya yang berjudul A Discourse on
Methode menegemukakan perlunya memperhatikan empat hal berikut.
1. Kebenaran
baru dinyatakan sahih jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah
jelas dan tegas (clearly and disintly),
sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah
setiap kesulitan atau masalah itu sampai sebanyak mungkin, sehingga tidak suatu
keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbinglah
pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah
diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang sulit dan kompleks.
4. Dalam
proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat
perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang
menyeluruh, sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satupun yang
mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.
Bagi manusia
pertama-tama yang jelas dan terpilah-pilah adalah pengertian “Allah” sebagai
tokoh yang secara sempurna tidak terbatas atau berada dimana-mana. Di dalam roh
kita ada suatu pengertian atau sutau idea tentang suatu yang secara sempurna
tiada batasnya. Oleh karena kita sendiri adalah makhluk yang terbatas, maka
tidak mungkin bahwa pengertian atau idea tentang sesuatu yang tiada batasnya
itu adalah hasil pemikiran kita sendiri. Yang menyebabkan ada pengertian atau
idea tentang suatu yang tiada batasnya ialah yang tiada batasnya itu senditri.
Jadi tokoh yang tidak terbatas itu jelas ada, dan jelas di bedakan dengan
pengertian-pengertian yang lain. Tokoh yang tiada batasnya itu adalah Allah.
Pengertian tentang
Allah adalah suatu pengertian tentang pengada yang sempurna penuh tanpa batas,
yakni pengada yang mengandung didalamnya kesempurnaan, termasuk adanya secara
nyata. Maka bahwa Allah ada secara nyata, adalah kebenaran mengenai Allah.
Pengertian
tentang Allah ini penting sekali artinya bagi ajaran tentang pengenalan. Jika
Allah yang sempurna tanpa batas itu benar-benar ada maka ia tidak akan menipu
kita dalam soal yang ditunjukkan oleh akal kita sebagai hal yang jelas dan
terpilah-pilah.
B. Metode Keragu-Raguan
Segala sesuatu
perlu dipelajari, tetapi diperlukan metode yang tepat untuk mempelajarinya.
Rene Descartes pun berpikir demikian, ia mengatakan bahwa mempelajari filsafat
membutuhkan metode tersendiri agar hasilnya benar-benar logis. Ia sendiri
mendapatkan metode yang dicarinya yaitu dengan meragukan segala-galanya artinya
keraguan ini harus meliputi seluruh pengetahuan yng dimiliki, termasuk juga
kebenaran yang sudah dianggap final dan pasti.
Kemudian ia
mengungkapkan, kalau begitu “aku berpikir” pasti aku benar. Jika “aku berpikir”
ada, berarti “aku” ada sebab yang berpikir adalah aku. Metode inilah yang
disebut Cogito ergo sum, aku berpikir
karena itu aku ada. Cogito ergo sum
berasal dari bahasa Latin yang berarti “Saya berpikir, jadi saya ada” akan
tetapi, yang dimaksud Descartes dengan berpikir disini ialah menyadari. Metode Descartes lebih
dikenal dengan Cogito Descartes. Ia menggunakan akal sebagai dasar filsafatnya.
Dari metode inilah, Descaster membuat penerapan secara konkret. Descartes
menjelaskan konsepnya tentang jiwa dan badan atau pemikiran dan materi.
Ia memulai
dengan meragukan apa saja, meragukan kepercayaan, meragukan pendapat yang susah
berlaku, meragukan eksistensi (keberadaan) alam di luar dunia dan bahkan meragukan
eksistensinya sendiri. Ia berpikir setiap benda yang ia tahu melalui panca
indranya benar-benar diragukan keberadaannya, meskipun ia sendiri menyadari
bahwa mungkin akal akan menipunya. Atas dasar aturan-aturan itulah, Descartes
mengembangkan pikiran filosofisnya. Dia sendiri meragukan apakah sekarang
sedang berdiri menyaksikan realitas yang tampak di matanya atau dia sedang
tidur dan bermimpi. Sebagaimana ia meragukan dirinya sendiri apakah sedang
sadar atau sedang gila.
Keraguan
Descartes sangat rasional, karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan
juga pada pengalaman roh halus ada yang sebenarnya tidak jelas. Adakalanya
seseorang akan merasa dalam keadaan sadar ketika ia sedang bermimpi atau
berhalusinasi karena pengalaman yang ia alami dirasakan benar-benar terjadi. Di
dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sunguh
terjadi, persis seperti tidak mimpi (terjaga). Descartes berkata, “Aku dapat
meragukan bahwa aku duduk disini dalam pakaian siap untuk keluar, aku dapat
meragukan hal itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu, padahal
aku ada di tempat tidur, sedang bermimpi.” Descartes berpendapat bahwa tidak
ada perbedaan yang jelas antara sadar (keadaan) dan sedang mimpi.
Dari sifat
keraguannya, Descartes mendapat kepastian bahwa ia adalah sesuatu yang
berpikir. Inilah suatu pengetahuan langsung yang disebut kebenaran filasat yang
pertama (Primum Philosophicum). Aku
berada karena aku berpikir. Jadi aku adalah sesuatu yang berpikir.
Menurut
Descartes, kepastian itu tidak bergantung pada objek yang dipelajari karena hal
yang dialami bisa berubah sewaktu-waktu. Begitulah terjadi bahwa metode Descartes
mengembangkan aturan universal dari pikiran manusia dan tidak mewahyukan corak
dari dunia yang dipelajari. Bagi Descartes, hal itu dianggap mungkin karena roh
kita mempunyai idea innata, ide yang
sudah ada waktu kita lahir. Berdasar idea innata dan aturan dari pikiran yang
logis, kita mencapi pengetahuan yang pasti.
Dari sinilah, ia
menjadikannya dasar untuk membangun pengetahuan. Descartes pun mampu berargumen
bahwa karena Tuhan sempurna, ia tidak akan mampu atau membawa seseorang pada
kekeliruan dan bahwa pemakaian yang benar akan pancaindra akan menghasilkan
pengetahuan. Metode keraguan ini dijadikan Descartes untuk mencari kepastian
yang tersembunyi, keraguannya hanya ditujukan untuk menjelaskan perbedaan
sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan.
C.
Ide-Ide
Bawaan
Menurut
Descartes, dalam dirinya terdapat ide bawaan sejak lahir, yaitu pemikiran,
Allah dan keluasan.
a. Pemikiran.
Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, harus diterima
juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
b. Allah
sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena aya mempunyai ide sempurna,
mesti ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu karena akibat tidak bisa
melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Allah.
c. Keluasaan.
Materi sebagai keluasaan atau eksistensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan
dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
Descartes memandang manusia sebagai makhluk
dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi yaitu jiwa dan tubuh. Jiwa adalah
pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya tubuh tidak lain dari suatu
mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali
terpisah dari substansi lain. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak
kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh
jiwa atas tubuh. Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa
berlangsung dalam glandula pinealis (sebuah
kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil).
BAB
III
PENUTUP
Rene Descartes semasa
hidupnya telah memberikan konstribusi penting terhadap perkembangan filsafat.
Metode-metode yang ia kemukakan merupakan langkah awal lahirnya pemikiran
filsafat modern. Pada saat akhir abad pertengahan, perkembangan filsafat dunia
telah merosot. Diawali dari akhir zaman helenisme sampai abad pertengahan
agama, hati dan iman yang mendominasi, sedangkan akal sama sekali tidak
berkutik. Descartes telah memberikan kepada pemikiran modern
persoalan-persoalan yang dibawa sepanjang abad-abad hingga kini.
Descartes dalam
menyusun filsafatnya menggunakan metode keragu-raguan. Metode yang disebut Cogito ergo sum yang berarti “Saya
berpikir, jadi saya ada". Ia mulai meragukan apa saja, sampai ia meragukan
dirinya sendiri. Dari metode ini, ia mengetahui bahwa dasar pemikiran yang
dipakai adalah akal hingga ia mendapatkan kepastian yang memuaskan dirinya.
Dalam diri sendiri
terdapat tiga ide bawaan sejak lahir yaitu pemikiran, Allah dan keluasan.
Descartes juga memandang manusia terdiri dari dua substansi yaitu jiwa dan
tubuh bahwa setiap substansi yang satu terpisah dari substansi yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul H., Atang, dan Beni Ahmad Soebani, 2008, Filsafat Umum dari Mitologi sampai
Teofilosofi, Bandung : Pustaka Setia
Hadiwijono, Harun, 2005, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta : Kanisius
Sofyan, Ayi, 2010, Kapita Selekta Filsafat, Bandung : Pustaka Setia
Syadali, Ahmad, dan Mudzakir,1997, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia
Tafsir, Ahmad, 2012, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Bandung : Remaja Rosdakarya